Kerajaan Majapahit yang berdiri abad 12-14 M atau saat ini situsnya
berada di Trowulan, Mojokerto, Jatim diprediksi sebagai embrio bentuk
negara federal pertama di dunia, kata peneliti kesejarahan Irawan Djoko
Nugroho, SS.
Irawan mengatakan hal itu dalam diskusi Pengaruh Peradaban Nusantara
di Dunia yanga diadakan Yayasan Suluh Nuswantara Bakti (YSNB), di
Jakarta, yang juga menghadirkan pembicara pakar geologi lingkungan Ir
Oki Oktariadi; dosen arkeologi UGM Jajang Agus Sonjaya, SS, MHum dan
dibuka Ketua SNB Pontjo Sutowo.
Menurut Irawan, kompleksitas perwilayahan Majapahit masa lalu,
dilihat dari aturan dan kekuatan dalam menjaga kompleksitas perwilayahan
Majapahit yang memberikan gambaran Majapahit sebagai “leader” di Asia
sesuai masanya.
“Tidak banyak yang tahu bahwa Majapahit dalam masa itu, tidak
merupakan aktor tunggal dalam meraih kebesarannya,” kata Irawan yang
meluruskan bahwa selama ini kebesaran Majapahit diketengahkan sebagai
bentuk kebesaran rakyatnya dengan Gajah Mada sebagai penggerak utama.
Padahal, katanya, gambaran ini perlu dikaji kembali dengan
ditemukannya bentuk negara Majapahit yang ternyata merupakan kelanjutan
dari bentuk desa asli dari wilayah nusantara dan menjadi embrio bentuk
negara federal pertama di dunia.
“Bentuk negera federal di dunia muncul kembali di akhir abad 18 dimotori Amerika Serikat,” kata Irawan.
Sementara itu, pakar geologi lingkungan Oki Oktariadi membahas
gambaran umum peradaban-peradaban Nusantara yang ada di dunia. Hampir
semua tulisan sejarah peradaban menempatkan Asia Tenggara sebagai
kawasan pinggiran, identitas kelas dua atau kelas tiga di kancah
internasional juga dalam tatanan sosial, politik, ekonomi antarbangsa.
Menurut Oki, tidak bisa disalahkan bila banyak pendapat mengatakan
bahwa perkembangan kebudayaan Nusantara subur berkembang hanya karena
imbas dari migrasi manusia atau difusi budaya dari pusat peradaban lain
berpusat di Mesir, China dan India.
Oki mengatakan bahwa dokter ahli genetik Stephen Oppenheimer (2004)
yang belajar tentang sejarah peradaban melihat Asia Tenggara sebagai
cikal bakal peradaban kuno.
Pontjo Sutowo sebagai Ketua Yayasan Suluh Nuswantara Bakti
menyebutkan, penetapan topik bahasan dalam diskusi tersebut ini berlatar
belakang tulisan Robert Dick Read dalam bukunya terbitan Mizan 2008,
“Penjelajah Bahari, Pengaruh Peradaban Nusantara di Afrika” (The Phantom
Voyagers. Evidence of Indonesian Settlement in Africa in Ancient
Times).
Kajiannya mengungkapkan banyak bukti arkeologis baru bahwa pelaut
Nusantara telah menaklukkan samudra, jauh sebelum bangsa Eropa, Arab dan
China. Bahkan diduga pada abad ke 5 dan 7, pedagang bangsa China begitu
tergantung pada jasa pelaut Nusantara.
Di samping tingkat kejeniusan pelaut-pelaut asal Austronesia atau
Indo-polinesiaini dalam membuat perahu yang kokoh, dan disegani lantaran
penjelajahannya yang jauh mengarungi lautan luas.
Sedangkan, Agus Sonjaya, dosen arkeologi UGM menyoroti keunggulan
komparatif kapal Nusantara sebagai kapal layar pertama di dunia yang
menyeberangi antar benua, gambaran bentuk-bentuk perkembangan kapal
layar di dunia, keunggulan kapal-kapal Nusantara dibanding kapal lain
sesuai jamannya.
Kesimpulan dari diskusi ini bahwa apa yang disampaikan masih berupa
kajian dan indikasi. “Ini belum sampai hipotesa dan membutuhkan
penelitian ilmiah dikemudian hari,” demikian Prof Sutetjo K Widodo, MSi,
dosen sejarah Universitas Diponegoro yang menjadi moderator.
Sumber : ANTARA News
Tidak ada komentar:
Posting Komentar